Selasa, 28 Oktober 2014

BERPIKIR RASIONALIS DI LAUTAN KONTEMPORER



Oleh : Darul Ulum
Perkuliahan Filsafat Ilmu
Terinspirasi oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Refleksi 2:  Kamis, 09 Oktober 2014  


Filsafat adalah suatu ilmu yang paling tua diantara ilmu-ilmu yang lain hal ini bisa kita buktikan dari peradaban Yunani kuno yang pertama kali memunculkan para filusuf-filusuf yang sangat handal dibidangnya. filusuf-filusuf Yunani yang terbesar dan termashur sampai saat ini antara lain Sokrates, Plato dan Aristoteles. Dan perlu kita ketahui bahwasannya Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato, jadi ketiga filusuf-filusuf tadi adalah pencetus munculnya perkembangan beberapa ilmu-ilmu dan ketiganya mempunyai kekerabatan seperguruan dalam aliran filosofi. Sebenarnya kita tahu bahwa sumber atau awal munculnya ilmu-ilmu yang lain yang kita pelajari sehari-hari adalah berasal dari ilmu filsafat. Memahami filsafat tidak semudah memahami konteks bahasa bebas yang mudah dicerna dan dipikirkan oleh kita. Perlu pemahaman-pemahaman yang lebih dalam lagi untuk mengerti, mencerna dan memahami bahasa yang digunakan.
Membahas tentang ilmu filsafat berarti kita telah membahas studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat lahir ketika manusia pertama kalinya berusaha menghilangkan mitos dan menggantinya dengan cara berfikir rasional (logos). Segala apa saja yang manusia pikirkan dan bersifat tetap berdasarkan realita yang sebenarnya muncul dan lahirlah aliran rasionalisme dengan tokoh yang terkenal yaitu R. Descartes.  Rasionalisme itu yang dekat dengan kita dan sesuatu yang dicita-citakan atau dipikirkan dalam diri manusia, sedangkan sifat rasionalisme yang ada dalam pikiran manusia disebut sifat idealisme tokoh yang mempeloporinya adalah seorang  Filusuf  Yunani yaitu Plato.
Kemudian paham rasionalisme yang bersifat tetap memunculkan cabang aliran rasionalisme yang kita kenal misalnya paham moralisme tentang jumlah satu sifat tetap yaitu Tuhan Yang Maha Esa menghasilkan paham yang disebut moralisme, sedangakan  jika jumlah dua sifat tetap disebut dualisme seperti Pancasila karena Pancasila itu hablum minallah wa hablum minannas (hubungan dengan Allah SWT dan hubungan dengan manusia). Jadi, dampak yang muncul dari keyakinan dan perilaku yang tidak rasional tersebut adalah bahwa perilaku manusia tidak efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang di hadapi. Manusia terlalu jauh memikirkan permasalahan yang kadang-kadang tidak ada kaitan langsung dengan apa yang di hadapi, sehingga membuat manusia menjadi terlambat untuk menyelesaikan masalah dan akan membuat masalah baru. Berpikir rasional adalah berpikir tentang masalah yang kita hadapi yang perlu kita selesaikan dan menjadi prioritas karena masalahnya memang perlu dan penting untung diselesaikan. Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan data-data dan fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi yang tidak jelas yang membuat kita menjadi tidak efektif bahkan bisa menjadi depresi, sebab usaha manusia rasional dimaksudkan sebagai usaha manusia untuk meraih pengertian rasional. Dengan kata lain sejak semula usaha manusia rasional bermaksud untuk menghilangkan mitos. Manusia rasional berusaha untuk meraih pengertian rasional tentang dirinya dalam alam lingkungannya. Terselip dalam pengertian ini, bahwa manusia senantiasa berusaha membebaskan diri dari hal-hal irasional demi memperoleh pengertian rasional yang diperoleh berdasarkan atas kesadaran menurut logika manusia.

Menurut Emanuel Khan, Jikalau engkau ingin melihat dunia silahkan tengok pada pikiranmu, karena dunia itu persis seperti apa yang kau pikirkan (rasionalis). Di era yang penuh dengan kemodernitas seperti sekarang ini, memahami makna dengan sikap rasionalis di lautan kontemporer (yang maksudnya  kita terjemahkan  lautan kontemporer adalah kehidupan sehari-hari manusia) sikap tersebut dapat kita pelajari, pahami dan dalami dengan mempelajari filsafat ilmu. Manusia sebagai orang yang berenang di tengah lautan yang mengalir terus sampai ke ujung pantai lautan kontemporer dalam berfilsafat akan terlihat berbeda dengan orang yang tidak pernah mempelajari ini (ilmu filsafat/rasionalisme), misalkan dalam lika-liku aliran lautan kontemporer apabila ada aliran laut yang berbahaya kita bisa mengantisipasi dan memecahkan permasalahannya karena kita belajar filsafat berarti kita telah mengembangkan sensor. Misalkan dalam perwayangan itu ada dewa laut, dewa ikan, dewa dasar laut dsb. Setelah belajar filsafat tentunya kita tidak menjadi orang biasa lagi untuk menemukan hakikat yang ada dan yang mungkin ada, karena pada dasarnya paling tinggi ilmu hanya drama saja (fiktif belaka) isinya, jika kita ingin mengembangkan sensor ini setiap saat dan suatu saat bila kita tersesat maka kita harus berbekal banyak untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan wahyu. jika kita telah mendapatkan wahyu atau petunjuk maka sensor itulah yang mengarahkan kemana jalan keluarnya.
Kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang terkandung dalam kegiatan berfikir dan berpengetahuan. Disebabkan kemampuan berfikirlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan berfikir manusia mampu mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua itu, pada dasarnya menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan karakteristik eksistensial manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan sebagai bagian dari Alam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar