Oleh : Darul Ulum
Perkuliahan Filsafat Ilmu
Terinspirasi oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Refleksi 2: Kamis, 09
Oktober 2014
Filsafat adalah
suatu ilmu yang paling tua diantara ilmu-ilmu yang lain hal ini bisa kita
buktikan dari peradaban Yunani kuno yang pertama kali memunculkan para
filusuf-filusuf yang sangat handal dibidangnya. filusuf-filusuf Yunani yang
terbesar dan termashur sampai saat ini antara lain Sokrates, Plato dan
Aristoteles. Dan perlu kita ketahui bahwasannya Sokrates adalah guru Plato
sedangkan Aristoteles adalah murid Plato, jadi ketiga filusuf-filusuf tadi
adalah pencetus munculnya perkembangan beberapa ilmu-ilmu dan ketiganya
mempunyai kekerabatan seperguruan dalam aliran filosofi. Sebenarnya kita tahu bahwa
sumber atau awal munculnya ilmu-ilmu yang lain yang kita pelajari sehari-hari
adalah berasal dari ilmu filsafat. Memahami filsafat tidak semudah memahami
konteks bahasa bebas yang mudah dicerna dan dipikirkan oleh kita. Perlu
pemahaman-pemahaman yang lebih dalam lagi untuk mengerti, mencerna dan memahami
bahasa yang digunakan.
Membahas
tentang ilmu filsafat berarti kita telah membahas studi tentang seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam
konsep mendasar. Filsafat lahir ketika manusia pertama kalinya berusaha
menghilangkan mitos dan menggantinya dengan cara berfikir rasional (logos). Segala
apa saja yang manusia pikirkan dan bersifat tetap berdasarkan realita
yang sebenarnya muncul dan lahirlah aliran rasionalisme dengan tokoh yang
terkenal yaitu R. Descartes. Rasionalisme
itu yang dekat dengan kita dan sesuatu yang dicita-citakan atau dipikirkan
dalam diri manusia, sedangkan sifat rasionalisme yang ada dalam pikiran manusia
disebut sifat idealisme tokoh yang mempeloporinya adalah seorang Filusuf
Yunani yaitu Plato.
Kemudian paham
rasionalisme yang bersifat tetap memunculkan cabang aliran rasionalisme yang
kita kenal misalnya paham moralisme tentang jumlah satu sifat tetap yaitu Tuhan
Yang Maha Esa menghasilkan paham yang disebut moralisme, sedangakan jika jumlah dua sifat tetap disebut dualisme
seperti Pancasila karena Pancasila itu hablum minallah wa hablum minannas
(hubungan dengan Allah SWT dan hubungan dengan manusia). Jadi, dampak yang
muncul dari keyakinan dan perilaku yang tidak rasional tersebut adalah bahwa
perilaku manusia tidak efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang
di hadapi. Manusia terlalu jauh memikirkan permasalahan yang kadang-kadang
tidak ada kaitan langsung dengan apa yang di hadapi, sehingga membuat manusia
menjadi terlambat untuk menyelesaikan masalah dan akan membuat masalah baru. Berpikir
rasional adalah berpikir tentang masalah yang kita hadapi yang perlu kita
selesaikan dan menjadi prioritas karena masalahnya memang perlu dan penting
untung diselesaikan. Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan
berdasarkan data-data dan fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi yang
tidak jelas yang membuat kita menjadi tidak efektif bahkan bisa menjadi depresi,
sebab usaha
manusia rasional dimaksudkan sebagai usaha manusia untuk meraih pengertian
rasional. Dengan kata lain sejak semula usaha manusia rasional bermaksud untuk
menghilangkan mitos. Manusia rasional berusaha untuk meraih pengertian rasional
tentang dirinya dalam alam lingkungannya. Terselip dalam pengertian ini, bahwa
manusia senantiasa berusaha membebaskan diri dari hal-hal irasional demi
memperoleh pengertian rasional yang diperoleh berdasarkan atas kesadaran
menurut logika manusia.
Menurut Emanuel
Khan, Jikalau engkau ingin melihat dunia silahkan tengok pada pikiranmu, karena
dunia itu persis seperti apa yang kau pikirkan (rasionalis). Di era yang penuh
dengan kemodernitas seperti sekarang ini, memahami makna dengan sikap
rasionalis di lautan kontemporer (yang maksudnya kita terjemahkan lautan kontemporer adalah kehidupan
sehari-hari manusia) sikap tersebut dapat kita pelajari, pahami dan dalami
dengan mempelajari filsafat ilmu. Manusia sebagai orang yang berenang di tengah
lautan yang mengalir terus sampai ke ujung pantai lautan kontemporer dalam
berfilsafat akan terlihat berbeda dengan orang yang tidak pernah mempelajari
ini (ilmu filsafat/rasionalisme), misalkan dalam lika-liku aliran lautan kontemporer
apabila ada aliran laut yang berbahaya kita bisa mengantisipasi dan memecahkan
permasalahannya karena kita belajar filsafat berarti kita telah mengembangkan
sensor. Misalkan dalam perwayangan itu ada dewa laut, dewa ikan, dewa dasar
laut dsb. Setelah belajar filsafat tentunya kita tidak menjadi orang biasa lagi
untuk menemukan hakikat yang ada dan yang mungkin ada, karena pada dasarnya
paling tinggi ilmu hanya drama saja (fiktif belaka) isinya, jika kita ingin
mengembangkan sensor ini setiap saat dan suatu saat bila kita tersesat maka
kita harus berbekal banyak untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan wahyu. jika kita
telah mendapatkan wahyu atau petunjuk maka sensor itulah yang mengarahkan
kemana jalan keluarnya.
Kemampuan untuk
berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang
terkandung dalam kegiatan berfikir dan berpengetahuan. Disebabkan kemampuan berfikirlah,
maka manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya, sehingga
dapat terbebas dari kemandegan fungsi kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan
berfikir manusia mampu mengeksplorasi, memilih dan menetapkan
keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua itu, pada dasarnya
menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan karakteristik eksistensial
manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan sebagai bagian dari Alam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar