Terinspirasi Oleh
Perkuliahan Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A
Refleksi 3: Kamis, 16 Oktober 2014
Kebaikan dan keburukan yang melekat pada diri manusia adalah dua
sisi kehidupan yang kontaradiktif, antitesis, dan berlawanan akan tetapi hal
tersebut adalah sisi unsur kelengkapan dan
variasi sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME yang dibekali akal dan hawa
nafsu dalam lentera kehidupan yang sejalan terarah dan berliku dalam unsur
filsafat pribadi seseorang. Kebaikan yang identik dengan hal yang positif,
benar, syurga, unsur-unsur malaikat dll. menjadikan deskripsi kehidupan yang
mempunyai penilaian lebih di dalam batin dan sanubari manusia sehingga unsur surgawi
juga akan melekat pada diri kehidupan masusia dari sisi kebaikan. Sedangkan
sebaliknya keburukan (kejahatan) yang identik dengan salah, tidak baik, negatif
potensi negatif, neraka bersama unsurnya yakni setan dan iblis dll. adalah
suatu sisi deskripsi kehidupan yang mempunyai nilai rendah (buruk) dan secara
tegas harus kita hilangkan meskipun pada kenyataannya terkadang hal keburukan
juga muncul tanpa disadari atau bahkan disadari secara sengaja meskipun
berlawanan dengan hati dan sanubari manusia itu sendiri diruang gerak kebebasan
pribadi dan sosial lahiriah manusia diciptakan dimuka bumi ini.
Kebebasan
berarti memberikan ruang gerak bagi manusia untuk mengembangkan kehidupannya.
Pribadi seseorang tidak dapat berkembang apabila ia tidak mempunyai ruang gerak
berupa kebebasan untuk mengungkapkan diri. Walaupun begitu, mengutip M.
Sastrapratedja, kebebasan manusia adalah kebebasan dalam situasi. Artinya,
manusia mewujudkan diri bersama orang lain, dalam kebudayaan yang telah
diciptakan orang lain dan dirinya, dalam kondisi genetik yang diwarisi dari
orang tuanya, dalam ruang yang membatasi geraknya dan dalam ruang sosial tempat
ia berada bersama dengan orang lain.
Sebuah
permisalan sikap orang Jawa yang selalu muncul bila sedang berinteraksi dengan
orang atau masyarakat lain yaitu mereka akan selalu bersikap untuk menghindari
konflik secara terbuka atau terang-terangan. Dengan demikian, dalam hidup orang
Jawa dalam upaya menjaga keselarasan sosial, mereka harus bersikap menyesuaikan
diri, bersikap sopan santun, dan mewujudkan kerja sama, serta bersikap
menghormati kepada orang yang bersikap baik dan lebih tinggi kedudukannya dalam
struktur hirarkis yang menunjukkan orang lain lebih tinggi (kedudukan jabatan,
usia) penting untuk mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat.
Kebebasan bersituasi
harus dipahami sebagai kebebasan yang bertanggung jawab. Semakin tinggi
tanggungjawab manusia dalam menjalankan tindakan bebasnya, semakin bermutu
kehidupan yang dia bangun. Dalam situasi ini, manusia telah mampu menjembatani
antara intelektualitas dengan kehendaknya, agar dapat berjalan beriringan.
Jadi, kebebasan merupakan dasar untuk menjadi manusia yang bermutu. Kebebasan
adalah dasar atas tindakan dan dunia seorang manusia untuk mencapai kehidupan
harmoni antara sesama manusia, hewan (binatang) dan juga alam.